Monday, February 17, 2025

About Mee

Haii everyoneee!! perkenalkan saya Devinta Putri biasa di panggil Devinta, dan kali ini aku mau memperkenalkan diri ku

 ᮫࣭﹆ֹ 🧸ABOUT MY SELF 𓂃 ✿

Aku adalah Anak terakhir di keluarga ku , aku lahir di kediri pada tanggal 25 November 2008, aku adalah siswi SMAN 2 KEDIRI, mamaku adalah seorang bidan dan ayahku adalah seorang polisi, aku juga memiliki seorang kakak laki-laki, dan aku punya 8 kucing yang sudah aku anggap kaya adik ku sendiri

𖤐 My dream and My Hoby 🕊 𔔁

impian yang pingin aku capai adalah menjadi dokter, dari kecil aku sering bantu mama jadi asisten nya , jadi aku ada inisiatif buat jadi penerusnya, aku juga punya hoby yaitu ndengerin lagu dan nonton drama, penyanyi favorit aku adalah taylor swift,aku juga suka main game,pergi hangout bareng temen, nonton film, dan kpop.

 

Kawah Ijen

 




Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten BondowosoJawa TimurIndonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.386 mdpl. Gunung Ijen terakhir meletus pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkenal dari Gunung Ijen adalah blue fire (api biru) di dalam kawah yang terletak di puncak gunung tersebut. Pendakian gunung ini bisa dimulai dari dua tempat, yakni dari Banyuwangi atau dari Bondowoso.

Rute pendakian

Untuk mencapai kawah Gunung Ijen di Banyuwangi, pengunjung dapat menggunakan kereta api ekonomi dengan tujuan Banyuwangi dan turun di Stasiun Banyuwangi Kota kemudian naik ojek dengan tujuan Kecamatan Licin dan Desa Tamansari. Dari Tamansari, perjalanan dilanjutkan menuju Paltuding dengan menumpang truk pengangkut belerang atau menggunakan bus dan turun di Banyuwangi kota kemudian naik ojek bisa langsung ke Paltuding atau ke Desa Tamansari juga bisa namun dengan menggunakan bus tarif yang dikeluarkan akan lebih mahal. Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Alternatif rute adalah Bondowoso - Wonosari - Tapen - Sempol - Paltuding. Fasilitas lain yang dapat dinikmati oleh pengunjung antara lain pondok wisata dan warung yang menjual keperluan pendakian untuk menyaksikan keindahan kawah Ijen. Dari Paltuding berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km. Lintasan awal sejauh 2 KM cukup berat karena menanjak. Sebagian besar jalur adalah dengan kemiringan 25-35 derajat. Selain menanjak, struktur tanahnya juga berpasir sehingga menambah semakin berat langkah kaki karena harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang. Setelah beristirahat di Warung Pos Bundar (pos yang unik karena memiliki bentuk lingkaran), jalur selanjutnya naik agak curam dan licin, dilanjutkan 1 KM terakhir relatif landai, tetapi wisatawan / pendaki disuguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah. Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 800 meter dengan kondisi yang terjal hingga kemiringan 45 derajat.

Monday, February 3, 2025

Air terjun tumpak sewu




Air Terjun Tumpak Sewu atau disebut juga Coban Sewu adalah sebuah air terjun berketinggian sekitar 120 meter. Air terjun ini berbatasan dengan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten MalangProvinsi Jawa Timur. Air Terjun Tumpak Sewu memiliki aliran air yang menyerupai tirai sehingga termasuk dalam tipe air terjun Tiered. Lokasi Air Terjun Tumpak Sewu ada di dalam sebuah lembah yang curam memanjang dengan elevasi 500 meter di atas permukaan air laut. Air Terjun Tumpak Sewu terbentuk di aliran Sungai Glidih[1] yang berhulu di Gunung Semeru.


Lawang Sewu



Lawang Sewu (Bahasa Jawa: ꧋ꦭꦮꦁꦱꦺꦮꦸ artinya Seribu Pintu), sebelumnya Gedung Administrasi N.V. Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij di Samarang (bahasa BelandaAdministratiegebouw van de N.V. Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij te Samarang) adalah bekas bangunan perkantoran yang terletak di seberang Tugu MudaKota SemarangJawa Tengah, Indonesia. Bangunan ini dahulu merupakan kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), dan saat ini berstatus sebagai aset Kereta Api Indonesia (KAI). Hal ini terjadi karena merupakan hasil dari perebutan aset-aset NIS dan perusahaan kereta api lain oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pada masa Perang Kemerdekaan. Saat ini bangunan tersebut dijadikan sebagai museum dan galeri sejarah perkeretaapian oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur dan kini dioperasikan KAI Wisata, anak perusahaan KAI yang bergerak di bidang pariwisata.

Lawang Sewu diarsiteki oleh Cosman Citroen, dari firma yang dibentuk arsitek senior J. F. Klinkhamer dan B. J. Ouëndag.Bangunan ini dirancang dalam Gaya Hindia Baru, istilah yang diterima secara akademis untuk Rasionalisme Belanda di Hindia.Mirip dengan Rasionalisme Belanda, gaya adalah hasil dari upaya untuk mengembangkan solusi baru untuk mengintegrasikan preseden tradisional (klasisisme) dengan kemungkinan teknologi baru. Ini dapat digambarkan sebagai gaya transisi antara Tradisionalis dan Modernis serta dipengaruhi oleh desain Berlage.

Konstruksi dimulai pada tahun 1904 dengan bangunan A yang selesai pada tahun 1907.Sisanya rampung pada tahun 1919.Awalnya digunakan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda.

Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada tahun 1942, tentara Jepang mengambil alih Lawang Sewu. Ruang bawah tanah gedung B diubah menjadi penjara dengan eksekusi mati dilakukan di dalamnya. Ketika Semarang direbut kembali oleh Belanda dalam pertempuran di Semarang pada Oktober 1945, pasukan Belanda menggunakan terowongan yang mengarah ke gedung A untuk menyelinap ke kota. Pertempuran terjadi dengan banyak pejuang Indonesia gugur.Lima pegawai yang bekerja di sana juga gugur.

Setelah perang, tentara Indonesia mengambil alih kompleks.Bangunan tersebut kemudian dioperasikan oleh Djawatan Kereta Republik Indonesia (DKARI).Pada tahun 1992 bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya

Goa Pindul

     

     Gua Pindul (bahasa Jawaꦒꦸꦮꦥꦶꦤ꧀ꦢꦸꦭ꧀translit. Guwa Pindul) adalah objek wisata berupa gua yang terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan KarangmojoKabupaten Gunungkidul. Gua Pindul dikenal karena cara menyusuri gua yang dilakukan dengan menaiki ban pelampung di atas aliran sungai bawah tanah di dalam gua, kegiatan ini dikenal dengan istilah cave tubing.Aliran sungai bawah tanah dimulai dari mulut gua sampai bagian akhir gua, di dalam gua terdapat bagian sempit yang hanya bisa dilewati satu ban pelampung, sehingga biasanya wisatawan akan bergantian satu per satu untuk melewati bagian ini.Panjang gua Pindul adalah 350 meter dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter.Penelusuran gua Pindul memakan waktu kurang lebih selama satu jam yang berakhir pada sebuah dam.Aliran sungai yang berada di dalam Gua Pindul berasal dari mata air Gedong Tujuh. Objek wisata Gua Pindul diresmikan pada 10 Oktober 2010.

Desa Bejiharjo terletak di kawasan pebukitan karst sehingga didominasi oleh batuan.Gua Pindul dapat dicapai dari kota Yogyakarta menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil melewati jalan Wonosari, letaknya sekitar 7 km ke arah utara kota Wonosari, setelah memasuki Desa Bejiharjo, perjalanan dilanjutkan mengikuti jalan aspal. Lokasi sekretariat Gua Pindul berada di ujung jalan.Penulusuran di dalam gua akan terdapat formasi bebatuan stalaktit, yaitu yaitu sejenis mineral sekunder yang menggantung di langit-langit gua kapur.Bahkan ada stalaktit yang sudah tumbuh sampai bawah dan menjadi seperti pilar.Beberapa batuan karst masih hidup dan meneteskan air.Gua Pindul terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona terang, remang dan gelap. Salah satu bagian Gua Pindul terdapat tempat yang cukup lebar sehingga terlihat seperti kolam dan terdapat celah yang cukup lebar tempat sinar matahari masuk.Celah ini juga dapat dilalui sebagai jalur masuk dengan cara memasuki gua secara vertikal.Tempat wisata sekitar Gua Pindul terdapat Gua Gelatik (gua kering), monumen peninggalan Jenderal Soedirman, serta situs purbakala Sokoliman

Candi Prambanan

 


      Candi Prambanan (bahasa Jawa: ꦕꦟ꧀ꦝꦶꦥꦿꦩ꧀ꦧꦤꦤ꧀, translit. Caṇḍi Prambanan) adalah bangunan candi bercorak agama Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi yang juga disebut sebagai Rara Jonggrang ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu dewa Brahma sebagai dewa pencipta, dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan dewa Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter, dikarenakan aliran Syaiwa yang mengutamakan pemujaan dewa Siwa di candi ini.

Kompleks percandian Prambanan secara keseluruhan terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi pintu administrasinya terletak di Jawa Tengah. Hal ini yang membuat Candi Prambanan terletak di 2 tempat yakni di Desa BokoharjoPrambananKabupaten SlemanDaerah Istimewa Yogyakarta,[1][2] dan di TlogoPrambananKabupaten KlatenJawa Tengah, atau kurang lebih 17 kilometer timur laut dari Kota Yogya, 50 kilometer barat daya dari Kota Surakarta dan 120 kilometer selatan dari Kota Semarang, persis di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.[3]

Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.[4] Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[5]

Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada masa Kerajaan Medang Mataram.

Tirta Gangga

 




Tirta Gangga adalah bekas istana kerajaan yang terletak di bagian timur Pulau BaliIndonesia, sekitar 5 kilometer dari Karangasem, dekat Gunung Agung. Taman ini terkenal karena istana airnya, yang dimiliki oleh Kerajaan Karangasem.

Tirta Gangga secara harfiah berarti air dari Sungai Gangga yang merupakan penghormatan kepada masyarakat Hindu Bali. Nama ini mengacu pada istana air yang dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem Agung. Namun, nama ini juga digunakan untuk merujuk pada wilayah yang meliputi istana air beserta daerah pedesaan yang subur di sekitarnya. Istana Air Tirta Gangga berupa labirin kolam dan air mancur yang dikelilingi oleh taman yang rimbun serta patung-patung. Kompleks seluas satu hektar ini dibangun pada tahun 1946 oleh almarhum Raja Karangasem tetapi hampir hancur seluruhnya akibat letusan Gunung Agung pada tahun 1963.[1] Kemudian dibangun kembali dan dipulihkan. Daerah di sekitar Tirta Gangga terkenal dengan teras-teras sawahnya

Pura Tanah Lot

 


    Pura Tanah Lot (aksara Bali: ᬧᬸᬭᬢᬦᬄᬮᭀᬢ᭄) adalah salah satu Pura (Tempat Ibadah Umat Hindu) yang sangat disucikan di BaliIndonesia. Di sini ada dua Pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari Pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan Pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam

 

  Sejarah

Sejarah Pura Tanah Lot Bali Indonesia berdasarkan legenda, dikisahkan pada abad ke -15, Bhagawan Dang Hyang Nirartha atau dikenal dengan nama Dang Hyang Dwijendra melakukan misi penyebaran agama Hindu dari pulau Jawa ke pulau Bali.

Pada saat itu yang berkuasa di pulau Bali adalah Raja Dalem Waturenggong. Beliau sangat menyambut baik dengan kedatangan dari Dang Hyang Nirartha dalam menjalankan misinya, sehingga penyebaran agama Hindu berhasil sampai ke pelosok – pelosok desa yang ada di pulau Bali.

Dalam sejarah Tanah Lot, dikisahkan Dang Hyang Nirartha, melihat sinar suci dari arah laut selatan Bali, maka Dang Hyang Nirartha mencari lokasi dari sinar tersebut dan tibalah beliau di sebuah pantai di desa yang bernama desa Beraban Tabanan.

Pada saat itu desa Beraban dipimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, yang sangat menentang ajaran dari Dang Hyang Nirartha dalam menyebarkan agama Hindu. Bendesa Beraban Sakti, menganut aliran monotheisme.

Dang Hyang Nirartha melakukan meditasi di atas batu karang yang menyerupai bentuk burung beo yang pada awalnya berada di daratan.

Dengan berbagai cara Bendesa Beraban ingin mengusir keberadaan Dang Hyang Nirartha dari tempat meditasinya.

Menurut sejarah Tanah Lot berdasarkan legenda Dang Hyang Nirartha memindahkan batu karang (tempat bermeditasinya) ke tengah pantai dengan kekuatan spiritual. Batu karang tersebut diberi nama Tanah Lot yang artinya batukarang yang berada di tengah lautan.

Semenjak peristiwa itu Bendesa Beraban Sakti mengakui kesaktian yang dimiliki Dang Hyang Nirartha dengan menjadi pengikutnya untuk memeluk agama Hindu bersama dengan seluruh penduduk setempat.

Dikisahkan di sejarah Tanah Lot, sebelum meninggalkan desa Beraban, Dang Hyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada bendesa Beraban. Keris tersebut memiliki kekuatan untuk menghilangkan segala penyakit yang menyerang tanaman.

Keris tersebut disimpan di Puri Kediri dan dibuatkan upacara keagamaan di Pura Tanah Lot setiap enam bulan sekali. Semenjak hal ini rutin dilakukan oleh penduduk desa Beraban, kesejahteraan penduduk sangat meningkat pesat dengan hasil panen pertanian yang melimpah dan mereka hidup dengan saling menghormati.


Legenda

Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa, yaitu Dang Hyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu, penguasa Tanah Lot yang bernama Bendesa Beraban merasa iri kepadanya karena para pengikutnya satu per satu mulai beralih pergi meninggalkannya dan menjadi pengikutnya Dang Hyang Nirartha. Bendesa Beraban tersebut kemudian memerintahkan Dang Hyang Nirartha meninggalkan Tanah Lot. Dang Hyang Nirartha menyanggupinya, tetapi sebelumnya Beliau dengan kekuatannya memindahkan bongkahan Batu besar ke laut (namun jaraknya masih tak begitu jauh dari bibir pantai) dan membangun Pura di atas bongkahan Batu besar tersebut. Beliau juga mengubah selendangnya menjadi seekor Ular penjaga Pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah Ular ini termasuk jenis Ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai Bisa Racun tiga kali lebih kuat dari Ular Cobra. Selain itu pula, Beliau kemudian menancapkan Tongkat Kayu miliknya ke Tanah yang berada di bawahnya bongkahan Batu besar tersebut, lalu seketika itu keluarlah Air Tawar yang memancar dari dalam Tanah yang berada di bawahnya bongkahan Batu besar tersebut, padahal bongkahan Batu besar itu letaknya sudah berada di laut yang notabene Air-nya adalah Asin. Dan Air Tawar yang memancar keluar dari dalam Tanah tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai 'Air Suci' anugerah dari Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) kepada masyarakat desa Beraban melalui diri Sang brahmana, Dang Hyang Nirartha. Akhirnya disebutkan bahwa setelah menyaksikan hal itu semua, maka Bendesa Beraban tersebut menjadi percaya akan kesaktian yang dimiliki oleh Dang Hyang Nirartha, dan kemudian menjadi pengikut Sang brahmana, Dang Hyang Nirartha.



Pantai Kuta

   



Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di kecamatan Kuta sebelah selatan Kota Denpasar, Bali, Indonesia. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam sebagai lawan dari pantai Sanur.Selain itu, Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta

Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Ia ahli bernegosiasi sehingga dirinya terkenal di antara raja-raja Bali dan Belanda.[1]

Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.

Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Ia ahli bernegosiasi sehingga dirinya terkenal di antara raja-raja Bali dan Belanda.[1]

Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.

Kampung Wae Rebo





Wae Rebo atau Waerebo adalah sebuah desa adat terpencil dan misterius di Kabupaten ManggaraiNusa Tenggara Timur. Wae Rebo merupakan salah satu destinasi wisata budaya di Kabupaten Manggarai.[1] Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Di kampung ini hanya terdapat 7 rumah utama atau yang disebut sebagai Mbaru Niang. Wae Rebo dinyatakan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012 dengan menyisihkan 42 negara lainnya.[2] Wae sendiri dalam bahasa manggarai artinya ialah "air". Penulisan waerebo menggunakan 1 kata dan tidak memakai spasi seperti yang ditulis media. Desa Waerebo sendiri sudah berumur 1200 tahun dan sudah memasuki generasi ke 20. Dimana 1 generasi berusia 60 tahun lamanya.

Menurut legenda masyarakatnya, nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau.[3] yang bernama Empo Maro berlayar dari Pulau Sumatera hingga ke Labuan bajo. Empo Maro melarikan diri dari kampungnya karena difitnah dan ingin dibunuh. Kemudian ia merantau ke beberapa kota. Pertama ia singgah di Gowa Sulawesi, lalu berpindah lagi ke beberapa kota lain. Saat perpindahannya, Maro menemukan seorang istri. Lalu ia mengajak istrinya tersebut ikut berpindah bersamanya. Pada suatu malam Maro bermimpi bertemu dengan seorang petua yang berbicara kepada Maro untuk menetap dan berkembang di Kampung Wae Rebo. Maro mengikuti apa yang petua itu katakan. Ia bersama istrinya mencari Kampung Wae Rebo tersebut. Setelah sampai di Wae Rebo, Maro dan istri hidup dan menetap di sana.[4]

Pulau Rinca

    




       Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur. Letaknya di sebelah barat Flores dipisahkan dengan Selat Molo. Pulau yang termasuk ke dalam Taman Nasional Komodo ini dihuni oleh lebih dari 2.000 ekor komodo.Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur. Letaknya di sebelah barat Flores dipisahkan dengan Selat Molo. Pulau yang termasuk ke dalam Taman Nasional Komodo ini dihuni oleh lebih dari 2.000 ekor komodo.Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur. Letaknya di sebelah barat Flores dipisahkan dengan Selat Molo. Pulau yang termasuk ke dalam Taman Nasional Komodo ini dihuni oleh lebih dari 2.000 ekor komodo.Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur. Letaknya di sebelah barat Flores dipisahkan dengan Selat Molo. Pulau yang termasuk ke dalam Taman Nasional Komodo ini dihuni oleh lebih dari 2.000 ekor komodo.Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur. Letaknya di sebelah barat Flores dipisahkan dengan Selat Molo. Pulau yang termasuk ke dalam Taman Nasional Komodo ini dihuni oleh lebih dari 2.000 ekor komodo

Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur. Letaknya di sebelah barat Flores dipisahkan dengan Selat Molo. Pulau yang termasuk ke dalam Taman Nasional Komodo ini dihuni oleh lebih dari 2.000 ekor komodo.

     

      Rumah Hewan Purbakala Komodo 

Komodo atau yang juga disebut dengan kadal raksasa purba juga hidup di pulau ini. Hal ini karena jarak Pulau Rinca dengan Pulau Komodo yang berdekatan. Disini kamu dapat menyaksikan habitat komodo secara langsung loh.

Dengan “tongkat saktinya”, ranger akan memandu kamu selama perjalanan. Mereka selalu siap menghalau komodo “nakal” saat bertemu di perjalanan kamu.

Komodo hidup secara liar disini dan sangat berbahaya jika pengunjung tidak didampingi oleh ranger. Terlebih jika si komodo dalam keadaan lapar tentunya perilakunya akan menjadi buas.

Tetap waspada selama perjalanan menyusuri pulau ini ya, karena komodo sangat mudah dijumpai di kawasan ini. Hati-hati juga jangan sampai si komodo berhasil menggigit kamu, karena di dalam mulut si kadal raksasa purba ini mengandung bakteri mematikan